Dulu, murai batu ekor hitam seperti “anak tiri” dalam
permuraian nasional. Murai mania umumnya lebih menyukai murai batu (MB) ekor
putih, karena dianggap lebih hebat segalanya. Sebenarnya semua ini hanya mitos
yang diembuskan kalangan tertentu, dan pada bagian selanjutnya dari artikel ini
akan kita buktikan kekeliruan dari mitos tersebut.
NATALIA, MB EKOR HITAM YANG KERAP JUARA.
Beberapa mitos yang kerap diembuskan mengenaimurai batu ekor hitam antara lain:
- Kualitas mentalnya kalah dari MB ekor putih.
- Tidak mampu menghasilkan suara dengan volume keras. Kalapun ada yang bersuara kelas, saat diadu dengan MB ekor putih akan cepat tertekan.
- Mudah lelah, terutama MB ekor hitam dengan ekor yang panjang.
Baiklah, kita buktikan satu persatu ketidakbenaran mitos
tersebut.
Pertama, kualitas mentalnya kalah dari MB ekor putih
Istilah kalah dan menang hanya bisa ditulis atau disebutkan,
kalau ada MB ekor hitam dan MB ekor putih yang diadu. Sebagai burung tipe
petarung (fighter), mental memang sangat mempengaruhi seekor murai
untuk bisa menang, atau sebaliknya justru mengalami kekalahan.
Di Blok Tengah, ada tiga murai batu yang kerap menjadi
jawara, yaitu Natalia milik Mr Gunawan Solo, Monster milik Om Erick Cilacap,
dan Gudang Peluru milik Om Yopie Purbalingga. Pada Sultan
Kasepuhan Cirebon Cup, 28 Oktober lalu, Natalia dan Monster berbagi gelar
juara 1. Gudang Peluru juga berhasil menjuarai even Minggu Wage Pareraji,
Purwokerto (11/11).
Natalia bahkan beberapa kali menjuarai even nasional,
termasuk Festival Burung Kadisobo (2/12) dan mencetak hattrick juara 1 dalam
RMI Cup (11/11). Kini, nama Natalia mulai disandingkan dengan Happy Birthday
milik Akia Jambi, Suara Sakti milik Mr Andy Donk Jogja, Pelor Mas milik H
Nendra Jakarta, serta Super Bejo milik Ming Basket Surabaya, sebagai kandidat murai
batu terbaik nasional tahun ini.
Ok, asal tahu saja, baik Natalia, Monster, maupun Gudang
Peluru, semuanya merupakan MB ekor hitam. Mereka mampu mengalahkan
pesaing-pesaingnya, yang sebagian besar murai batu ekor putih. Jadi, tidak
beralasan lagi jika ada yang mengatakan mental MB ekor hitam kalah dari MB ekor
putih. Mental di sini adalah semangat bertarung, terutama di arena lomba, dan
ketiga jawara murai dari Blok Tengah itu berhasil menjungkirbalikkan mitos-mitos
keliru tersebut.
Mitos ini juga terbantahkan melalui pengalaman Imam, penangkar MB ekor hitam dari Bekasi.
Menurut dia, MB ekor hitam justru memiliki mental tempur yang tinggi. Durasi
kerjanya juga luar biasa. “Terbukti beberapa anakan hasil penangkaran saya
sudah tersebar di rekan-rekan pemain. Beberapa diantaranya bahkan sudah moncer
di sejumlah even, khususnya di kawasan Bekasi,” ujar Imam.
Kedua, tidak mampu menghasilkan suara dengan volume
keras.
MB ekor hitam kerap disebut-sebut tidak mampu menghasilkan
suara dengan volume keras. Kalapun ada yang bersuara kelas, saat diadu dengan
MB ekor putih akan cepat tertekan. Kalau cepat tertekan, berarti kalah dong.
Penjelasan pertama nampaknya sudah bisa menjawab mitos kedua.
Ketiga, mudah lelah, terutama MB ekor hitam dengan
ekor yang panjang
Mitos ini tidak berkaitan langsung dengan MB ekor putih,
tapi komparasi antara MB ekor hitam yang berekor panjang dan yang berekor
pendek. Selama ini tak ada batasan yang jelas dalam pengelompokan ekor panjang
dan ekor pendek, sehingga sulit untuk membahas mitos ini.
Misalnya, MB ekor hitam dari Pulau Sabang, umumnya memiliki
panjang ekor lebih dari 25 cm. Apakah 25 cm merupakan batasan seekor murai
disebut berekor panjang? Berapa batasan panjang ekor sehingga murai disebut
berekor pendek? Selama ini tidak ada informasi yang mampu menjelaskan hal ini.
(Barangkali ada sobat kicaumania yang bisa menjelaskan
berapa batasan ideal seekor murai bisa disebut ekor panjang dan pendek?)
Saya mungkin lebih cenderung menggunakan logika berpikir
sederhana saja. Ekor yang terlalu panjang pada seekor burung (termasuk murai)
sedikit-banyak akan mempengaruhi aktivitasnya. Artinya, burung tetap bisa
beraktivitas atau bergerak normal, namun tidak seleluasa ekor pendek.
Ketika murai dengan cepat membalikkan tubuhnya 180 derajat,
sambil mengangkat ekor panjangnya, sangat dimungkinkan bagian ekor akan
bersentuhan dengan jeruji sangkar. Saat terjadi persinggungan itulah, burung
akan menerima efek kejut yang bisa mempengaruhi kualitas suaranya.
Jadi, saya tidak sependapat jika dikatakan ekor panjang akan
membuat burung mudah lelah, karena bobot 6 pasang bulu ekor pada murai berekor
panjang dan pendek tidak terpaut jauh (kurang dari 100 gram). Namun performa
suara yang sedikit terganggu itulah yang membuat beberapa pemain lebih suka menurunkan
MB ekor hitam berekor pendek daripada yang berekor panjang.
Ada satu lagi mitos yang perlu diluruskan, yaitu MB ekor
hitam tidak selalu berasal dari Pulau Nias, yang termasuk dalam Provinsi
Sumatera Utara. MB ekor hitam juga banyak dijumpai di Kepulauan Mentawai,
(Sumatera Barat), dan beberapa pulau kecil di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Demikian mitos-mitos keliru yang perlu diluruskan, agar
tidak menghalangi murai mania yang berminat untuk memelihara atau menangkarkan
MB ekor hitam. Jika berminat, usahakan memperoleh bakalan dari hasil
penangkaran.
Banyak kok penangkaran MB ekor batu dengan kualitas prima,
misalnya Yaqisa Bird Farm Bekasi.
Atau coba dolan ke rumah Mbah Google, masuk dengan kata kunci “penangkaran
murai batu ekor hitam”.
Semoga bermanfaat.
Natalia bukan murai nias,coba liat ekor bawahnya ada sedikit putih di ujungnya,itu ciri khas murai batu pulau simeulue(sinabang)aceh.By me2d aceh.
BalasHapussinabang agak pendek ekornya...
BalasHapuspreeettttt.............
BalasHapusMuraiku ekor hitam ad titik putih diujung ekor/balak namany murai ap ya Gan
BalasHapusItu murai sinabang gan..dan saya akui murai sinabang memang bagus mentalnya..saya dapat lansung dari penggarap murai yang baru turun dari hutan,2 minggu sudah makan voer dan berkicau..saya g nyangka secepat itu
BalasHapusSinabang apa.kalah kwalitas nya dg Nias tw Mentawai mental nya gan.
BalasHapusPerdebatan yang gk penting,bagus tidaknya mental burung murai itu tidak berpatokan dari mana asal si burung,mau sinabang kek mentawai kek mau apa kek,yang jelas kualitas burung itu tergantung yang rawat.
BalasHapus